Daftar Acara Televisi:
Dilan 1991 adalah sebuah film Indonesia tahun 2019 yang disutradarai oleh Fajar Bustomi dan Pidi Baiq. Film ini adalah sekuel dari Dilan 1990 yang tayang Januari 2018. Film tersebut pertama tayang pada 24 Februari 2019 dalam "Hari Dilan" di Bandung, sebelum resmi tayang di seluruh Indonesia empat hari kemudian. Syutingnya digelar di Bandung pada November 2018.Film tersebut kembali dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea, sementara Maudy Koesnaedi memerankan karakter baru bernama Tante Anis dalam film ini. Adhisty Zara dari JKT48 dan Ira Wibowo kembali berperan masing-masing sebagai adik dan ibunda Dilan. Ridwan Kamil, yang kini menjabat Gubernur Jawa Barat, kembali ikut bermain di film ini.
Galau ialah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Malaysia Siti Nurhaliza. Lagu sebelumnya dinyanyikan oleh kelompok musik asal Indonesia Hang Wangi Band berjudul Pusara Hati, diciptakan oleh komposer Indonesia, Cacaq (Idris Batumena). Seorang wakil dari Rumpun Records (anak perusahaan Universal Music Malaysia) bertemu dengannya di Jawa Timur dalam rangka memperoleh lagu ini daripada Cacaq.
Kali pertama ditampilkan dalam konser "Siti Nurhaliza - Live in Kuantan pada 2012, lagu ini kemudiannya luncurkan sebagai single digital di iTunes pada 11 Januari 2013. Musik videonya diarahkan oleh Daryl Adrian Emuang dan diluncurkan secara resmi di YouTube pada 14 Mei 2013.
Pada 2013, lagu ini dinominasikan dalam Anugerah Industri Muzik ke-20 untuk kategori Persembahan Vokal Terbaik Di Dalam Lagu (Wanita).
Srikandi (Dewanagari: ; ,IAST: ikha, ) adalah tokoh androgini dalam wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Dalam kisah, ia merupakan putri Raja Drupada dan Persati dari Kerajaan Panchala. Dalam kitab Mahabharata bagian Adiparwa dan Udyogaparwa dijelaskan bahwa ia merupakan reinkarnasi putri kerajaan Kasi bernama Amba, yang meninggal dengan hati penuh dendam kepada Bisma, pangeran Dinasti Kuru. Kemudian Amba terlahir kembali sebagai anak perempuan Drupada. Namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai laki-laki. Versi lain menceritakan bahwa ia bertukar kelamin dengan yaksa (makhluk gaib).
Dalam versi pewayangan Jawa yang mengadaptasi Mahabharata terkandung cerita yang hampir sama. Namun dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa ia menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata versi India.
The Third Man adalah film noir Britania Raya tahun 1949 yang disutradarai Carol Reed dan ditulis oleh Graham Greene. Film ini dibintangi Joseph Cotten, Valli, Orson Welles, dan Trevor Howard. Film ini berlatar di Wina pasca-Perang Dunia II. Film ini mengisahkan Holly Martins, seorang warga Amerika Serikat yang diberi pekerjaan oleh temannya, Harry Lime, di Wina, tetapi ketika Holly tiba di Wina, ia mendapat kabar bahwa Lime meninggal dunia. Martins kemudian menemui rekan-rekan Lime untuk menyelidiki kematiannya yang dianggap tidak wajar.
Sinematografi ekspresionis hitam putih Robert Krasker, dengan pencahayaan kasar dan teknik kamera "sudut Belanda" yang terdistorsi, merupakan fitur utama The Third Man. Dengan musik tema yang khas, lokasi yang tidak lazim, dan penampilan para pemerannya, film ini membangkitkan suasana Wina pascaperang yang sudah lelah dan sinis menjelang Perang Dingin.
Greene menulis novela berjudul sama sebagai persiapan menulis naskah film ini. Anton Karas menggubah dan memainkan musik zithernya. Musik utamanya, "The Third Man Theme", memuncaki tangga lagu internasional pada tahun 1950 dan membuat Karas dikenal secara internasional. Film ini dianggap sebagai film terbaik sepanjang masa karena pemeranan tokoh, musik, dan sinematografinya.Pada tahun 1999, British Film Institute memilih The Third Man sebagai film Britania terbaik sepanjang masa. Dalam jajak pendapat tahun 2017 yang melibatkan 10 aktor, sutradara, penulis, produser, dan kritikus majalah Time Out, film ini dinobatkan sebagai film Britania terbaik kedua sepanjang masa.
Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto, (pelafalan dalam bahasa Indonesia: [/suhrt/]; ER, EYD: Suharto; 8 Juni 1921 27 Januari 2008) adalah Presiden kedua Indonesia yang menjabat dari tahun 1967 hingga 1998. Secara luas dianggap sebagai diktator militer oleh pengamat internasional, Soeharto memimpin Indonesia sebagai rezim otoriter sejak kejatuhan pendahulunya Soekarno pada tahun 1967 hingga pengunduran dirinya pada tahun 1998 menyusul kerusuhan nasional. Kediktatorannya selama 32 tahun dianggap sebagai salah satu kediktatoran paling brutal dan korup di abad ke-20.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa Hindia Belanda dan Kekaisaran Jepang, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September 1965, Soeharto kemudian melakukan operasi penertiban dan pengamanan atas perintah dari Presiden Soekarno, salah satu yang dilakukannya adalah dengan menumpas Gerakan 30 September dan menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang. Berbagai kontroversi menyebut operasi ini menewaskan sekitar 100.000 hingga 2 juta jiwa.
Soeharto kemudian diberi mandat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) sebagai Presiden pada 26 Maret 1968 menggantikan Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang terlama yang menjabat sebagai presiden Indonesia. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.
Soeharto juga merupakan sosok yang kontroversial karena membatasi kebebasan warga negara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, pemaksaan asas tunggal Pancasila di berbagai bidang, dan disebut sebagai salah satu rezim paling korup dalam sejarah dunia modern. Menurut Transparency International, estimasi kerugian negara adalah sekitar 1535 miliar dolar Amerika Serikat selama pemerintahannya. Namun, hal ini tidak berhasil dibuktikan, bahkan Majalah Time kalah dalam gugatan dan usaha lain untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008.